Jurnal Tentang PERILAKU KONSUMEN
Oleh : Raditya Priantama (NPM 18210161)
Gambar 1.1 : MODEL PRILAKU KONSUMEN.
TIGA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN KONSUMEN
- Konsumen Individu
Pilihan merek dipengaruhi oleh kebutuhan
konsumen, persepsi atas karakteristik merek, dan sikap ke arah pilihan.
Sebagai tambahan, pilihan merek dipengaruhi oleh demografi konsumen, gaya hidup, dan
karakteristik personalia.
2. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan pembelian konsumen ditunjukkan oleh
budaya (norma kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau kesukuan), kelas sosial
(keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen), grup tata muka
(teman, anggota keluarga, dan grup referensi) dan faktor menentukan yang
situasional (situasi dimana produk dibeli seperti keluarga yang menggunakan
mobil dan kalangan usaha).
3. Marketing strategy
Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberitahu dan mempengaruhi konsumen.
Variabel-variabelnya adalah barang, harga, periklanan dan distribusi yang
mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan. Pemasar harus
mengumpulkan informasi dari konsumen untuk evaluasi kesempatan utama
pemasaran dalam pengembangan pemasaran. Kebutuhan ini digambarkan dengan garis
panah dua arah antara strategi pemasaran dan keputusan konsumen dalam gambar
1.1 penelitian pemasaran memberikan informasi kepada organisasi pemasaran
mengenai kebutuhan konsumen, persepsi tentang karakteristik merek, dan sikap
terhadap pilihan merek. Strategi pemasaran kemudian dikembangkan dan diarahkan
kepada konsumen.
Ketika konsumen telah mengambil keputusan
kemudian evaluasi pembelian masa lalu, digambarkan sebagai umpan balik kepada
konsumen individu. Selama evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan
pola pengumpulan informasi mungkin berubah, evaluasi merek,
dan pemilihan merek. Pengalamn konsumsi secara
langsung akan berpengaruh apakah konsumen akan membeli merek yang sama lagi.
Panah umpan balik mengarah kembali kepada
organisasi pemasaran. Pemasar akan mengiikuti rensponsi
konsumen dalam bentuk saham pasar dan data penjualan. Tetapi informasi ini
tidak menceritakan kepada pemasar tentang mengapa konsumen membeli atau
informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari merek pemasar secara relatif
terhadap saingan. Karena itu penelitian pemasaran diperlukan pada tahap ini
untuk menentukan reaksi konsumen terhadap merek dan kecenderungan pembelian di
masa yang akan datang. Informasi ini mengarahkan pada manajemen untuk
merumuskan kembali strategi pemasaran kearah pemenuhan kebutuhan konsumen yang
lebih baik.
B. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Tipologi pengambilan keputusan konsumen :
1. Keluasan pengambilan keputusan (the extent of decision making)
Menggambarkan proses yang berkesinambungan dari pengambilan keputusan menuju kebiasan. Keputusan dibuat berdasrkan proses kognitip dari penyelidikan informasi dan evaluasi pilihan merek. Disisi lain, sangat sedikit atau tidak ada keputusan yang mungkin terjadi bila konsumen dipuaskan dengan merek khusus dan pembelian secara menetap.
1. Keluasan pengambilan keputusan (the extent of decision making)
Menggambarkan proses yang berkesinambungan dari pengambilan keputusan menuju kebiasan. Keputusan dibuat berdasrkan proses kognitip dari penyelidikan informasi dan evaluasi pilihan merek. Disisi lain, sangat sedikit atau tidak ada keputusan yang mungkin terjadi bila konsumen dipuaskan dengan merek khusus dan pembelian secara menetap.
2. Dimensi atau proses yang tidak
terputus dari keterlibatan kepentingan pembelian yang tinggi ke yang rendah.
Keterlibatan kepentingan pembelian yang tinggi
adalah penting bagi konsumen. Pembelian berhubungan secara erat dengan
kepentingan dan image konsumen itu sendiri. Beberapa resiko yang dihadapi
konsumen adalah resiko keuangan , sosial, psikologi. Dalam beberapa kasus,
untuk mempertimbangkan pilihan produk secara hati-hati diperlukan waktu dan
energi khusus dari konsumen. Keterlibatan kepentingan pembelian yang rendah dimana
tidak begitu penting bagi konsumen, resiko finansial, sosial, dan psikologi
tidak begitu besar. Dalam hal ini mungkin tidak bernilai waktu bagi konsumen,
usaha untuk pencarian informasi tentang merek dan untuk mempertimbangkan
pilihan yang luas. Dengan demikian, keterlibatan kepentingan pembelian yang
rendah umumnya memerlukan proses keputusan yang terbatas “ a limited
process of decision making”. Pengambilan keputusan vs kebiasaan dan
keterlibatan kepentingan yang rendah vs keterlibatan kepentingan yang tinggi
menghasilkan empat tipe proses pembelian konsumen.
C. EMPAT TIPE PROSES PEMBELIAN KONSUMEN :
1. Proses “ Complex Decision Making
“, terjadi bila keterlibatan kepentingan tinggi pada pengambilan keputusan yang
terjadi. Contoh pengambilan untuk membeli sistem fotografi elektronik
seperti Mavica atau keputusan untuk membeli mobil. Dalam kasus seperti ini, konsumen
secara aktif mencari informasi untuk mengevaluasi dan
mempertimbangkan pilihan beberapa merek dengan menetapkan
kriteria tertentu seperti kemudahan dibawa dan resolusi untuk sistem
kamera elektronik, dan untuk mobil adalah hemat, daya tahan tinggi, dan
peralatan. Subjek pengambilan keputusan yang komplek adalah sangat penting.
Konsep perilaku kunci seperti persepsi, sikap, dan pencarian informasi yang
relevan untuk pengembangan stratergi pemasaran.
2. Proses “ Brand Loyalty “.
Ketika pilihan berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa lalu
dan membeli
merek yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses pertimbangan
dalam pengambilan keputusan. Contoh pembelian sepatu karet basket merek Nike
atau sereal Kellogg,s Nutrific. Dalam setiap kasus disini pembelian adalah
penting untuk konsumen, sepatu basket karena keterlibatan kepentingan dalam
olah raga, makanan sereal untuk orang dewasa karena kebutuhan nutrisi.
Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian yang lalu. Sehingga, pencarian
informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak penting keberadaannya dalam
konsumen memutuskan membeli merek yang sama.
Dua tipe yang lain dari proses pembelian konsumen
dimana konsumen tidak terlibat atau keterlibatan kepentingan yang
rendah dengan barangnya adalah tipe pengambilan
keputusan terbatas dan proses inertia.
3. Proses “ Limited Decision Making “. Konsumen
kadang-kadang mengambil keputusan walaupun mereka tidak memiliki keterlibatan
kepentingan yang tinggi, mereka hanya memiliki sedikit pengalaman masa lalu
dari produk tersebut. Konsumen membeli barang mencoba-coba untuk membandingkan
terhadap makanan snack yang biasanya dikonsumsi. Pencarian informasi dan
evaluasi terhadap pilihan merek lebih terbatas dibanding pada proses
pengambilan keputusan yang komplek. Pengambilan keputusan terbatas juga terjadi
ketika konsumen mencari variasi. Kepitusan itu tidak direncanakan, biasanya
dilakukan seketika berada dalam toko. Keterlibatan kepentingan yang rendah,
konsumen cenderung akan berganti merek apabila sudah bosan mencari variasi lain
sebagai perilaku pencari variasi akan melakukan apabila resikonya minimal. Catatan proses pengambilan keputusan adalah lebih
kepada kekhasan konsumen daripada kekhasan barang. Karena itu tingkat
keterlibatan kepentingan dan pengambilan keputusan tergantung lebih kepada
sikap konsumen terhadap produk daripada karakteristik produk itu sendiri.
Seorang konsumen mungkin terlibat kepentingan memilih produk makanan sereal
dewasa karena nilai nutrisinya, konsumen lain mungkin lebih menekankan kepada
kecantikan dan menggeser merek dalam mencari variasi.
4. Proses “ Inertia “. Tingkat
kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak ada pengambilan keputusan.
Inertia berarti konsumen membeli merek yang sama bukan karena loyal kepada
merek tersebut, tetapi karena tidak ada waktu yang cukup dan ada hambatan untuk
mencari alternatif, proses pencarian informasi pasif terhadap evaluasi dan
pemilihan merek. Robertson berpendapat bahwa dibawah kondisi keterlibatan
kepentingan yang rendah “ kesetiaan merek hanya menggambarkan convenience yang
melekat dalam perilaku yang berulang daripada perjanjian untuk membeli merek
tersebut” contoh pembelian sayur dan kertas tisu. Keempat proses tersebut digambarkan sebagai
berikut :
Pengambilan keputusan konsumen menghubungkan
konsep perilaku dan strategi pemasaran melalui penjabaran hakekat pengambilan
keputusan konsumen. Kriteria apa yang digunakan oleh konsumen dalam memilih
merek akan memberikan petunjuk dalam manajemen pengembangan strategi.
Pengambilan keputusan konsumen adalah bukan
proses yang seragam.
Ada perbedaan antara
Ada perbedaan antara
(1) pengambilan keputusan dan
(2) keputusan dengan keterlibatan kepentingan
yang tinggi dan keputusan dengan keter-libatan kepentingan yang rendah.
D. PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG
KOMPLEK (COMPLEKS DECISION MAKING)
Untuk memahami keputusan yang
komplek maka perlu dipahami hakekat keterlibatan
konsumen dengan suatu produk.
Kondisi keterlibatan konsumen
akan suatu produk, apabila produk tersebut
adalah :
1. Penting bagi konsumen karena image
konsumen sendiri, misalnya pembelian mobil sebagai simbol status.
2. Memberikan daya tarik yang terus menerus
kepada konsumen, misal dalam dunia mode ketertarikan konsumen model pakaian.
3. Mengandung resiko tertentu, misal resiko
keuangan untuk membeli rumah, resiko teknologi untuk pembelian komputer.
4. Mempunyai ketertarikan emosional, misal
pencinta musik membeli Sistem stereo yang baru.
5. Dikenal dalam kelompok grupnya atau “
badge “ value dari barang yang bersangkutan, seperti jaket kulit, mobil
marsedes atau scarf dari Gucci.
Model keterlibatan konsumen :
Tipe Keterlibatan :
1. Situational involvement. Terjadi hanya
dalam situasi khusus dan sementara dan umumnya bila pembelian
itu dibutuhkan. Misalnya keputusan mengambil pendidikan MBA adalah karena kebutuhan untuk
pekerjaan.
itu dibutuhkan. Misalnya keputusan mengambil pendidikan MBA adalah karena kebutuhan untuk
pekerjaan.
2. Enduring involvement. Terus menerus dan
lebih permanen umumnya terjadi karena ketertarikan yang
berlangsung terus dalam kategori produk,walaupun pembelian itu dibutuhkan atau tidak,misalnya
ketertarikan pada baju.
berlangsung terus dalam kategori produk,walaupun pembelian itu dibutuhkan atau tidak,misalnya
ketertarikan pada baju.
Baik enduring maupun situational
involvement merupakan hasil proses pengambilan keputusan yang kompleks.
“Badge” value adalah suatu kondisi dimana mencakup keterlibatan situasional dan
keterlibatan yang menetap.
Penelitian dalam penagambilan keputusan meliputi lima tahap :
1) Penetapan masalah
2) Pencarian informasi
3) Evaluasi terhadap pilihan
4) Pemilihan
5) Hasil dari pilihan
Langkah-langkah ini dapat ditransformasikan ke
dalam tahap-tahap keterlibatan konsumen dalam pengambilan keputusan yang
komplek :
1) Need Aurosal
2) Proses informasi konsumen
3) Evaluasi Merek
4) Pembelian
5) Evaluasi sesudah pembelian
Model Dasar Pengambilan Keputusan Yang Komplek (Basic
Model Of Complex Decision Making )
Gambar : Model pengambilan keputusan yang
kompleks
Pengambilan keputusan yang komplek
seringnya untuk produk berkategori :
• Barang dengan harga tinggi
• Barang yang mempunyai resiko penampilan seperti mobil dan produk medis
• Barang yang kompleks seperti komputer
• Barang special seperti peralatan olah raga, perabot
• Barang yang berhubungan dengan ego seseorang seperti pakaian,
kosmetik.
• Barang dengan harga tinggi
• Barang yang mempunyai resiko penampilan seperti mobil dan produk medis
• Barang yang kompleks seperti komputer
• Barang special seperti peralatan olah raga, perabot
• Barang yang berhubungan dengan ego seseorang seperti pakaian,
kosmetik.
E. PEMBELAJARAN KONSUMEN, KEBIASAAN DAN
KESETIAAN (CONSUMER LEARNING, HABIT AND LOYALTY)
Kepuasan terhadap suatu merek cenderung
mengarahkan konsumen mengulang keputusannya untuk membeli merek yang sama
sehingga menjadi kebiasaan. Kebiasaan menjamin kepuasan berdasarkan pengalaman
masa lalu dan menyerderhanakan proses pencarian informasi dan evaluasi terhadap
suatu merek. Pelajaran konsumen, kebiasaan dan kesetiaan adalah tiga konsep
yang saling berhubungan. Perilaku kebiasaan membeli adalah hasil pembelajaran
konsumen dari reinforcement. Reinforcement adalah suatu proses dimana konsumen akan
berulangkali membeli apa yang telah memberi kepuasaan terbaik kepadanya. Perilaku tersebut mengarahkan
kepada kesetiaan merek.
F. PEMBELAJARAN KONSUMEN (CONSUMER
LEARNING)
Konsep pembelajaran dibutuhkan memahami
kebiasaan, pembelajaran dapat didefenisikan sebagai perubahan perilaku yang
berasal dari hasil pengalaman masa lalu. Ada
dua aliran pemikir tehadap pemahaman proses pembelajaran konsumen (1)
pembelajaran perilaku. Menitiberatkan pada dorongan pada pengaruh perilaku atau
perilaku itu sendiri. (2) pembelajaran kognitip menitiberatkan pada pemecahan
masalah dan menekankan pada variabel pemikiran konsumen yang mempengaruhi
pembelajaran.
Dalam kelompok perilaku dikembangkan dua teori
pembelajaran, perbedaan terjadi pada “ classical
conditioning “ dan “ Instrumental conditioning.
Pada “ classical conditioning” menerangkan perilaku
berdasar pada pendirian hubungan tertutup antar dorongan primer dan
dorongan sekunder. “ Instrumental conditioning “ memandang perilaku sebagai
fungsi dari tindakan konsumen . Kepuasan mengarahkan pada kemungkinan melakukan
pembelian. Pembelajaran mengarahkan kepada pembelian yang
berulang dan kebiasaan. Dalam model yang menggambarkan
perilaku kebiasaan pembelian, pengarahan kebutuhan mengarah langsung pada perhatian
membeli, pembelian selanjutnya, dan evaluasi sesudah pembelian. Proses pencarian
informasi dan evaluasi merek sangat sedikit (minimal).
Kebiasaan menggambarkan dua fungsi penting, yaitu
penurunan resiko untuk pembelian dengan tingkat keterlibatan yang tinggi dan
penghematan waktu serta energi untuk produk dengan tingkat keterlibatan
yang rendah. Kebiasaan seringnya mengarahkan kepada kesetiaan merek yaitu pada pembelian yang
berulang berdasarkan pada kesesuaian merek. Teori pembelajaran yang berbeda
menjabarkan dua pandangan yang berbeda terhadap kesetiaan merek. Pendekatan instrumental conditioning menunjukkan bahwa pembelian yang konsisten
terhadap suatu merek mencerminkan komitmen terhadap suatu merek. Tetapi
sebagian loyalitas mencerminkan pembelian yang berulang adalah bukan karena
komitmen dengan merek tetapi merupakan proses inertia. Kelompok
kognitip percaya bahwa perilaku saja tidak cukup sebagai ukuran loyalitas,
diperlukan komitmen sikap terhadap suatu merek.
G. PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN
KETERLIBATAN YANG RENDAH
Keterlibatan pembelian yang rendah dimana
konsumen tidak mempertimbangkan kepentingan produk dalam sistem kepercayaannya
dan tidak begitu memperhatikan identifikasi suatu produk. Pemasar mencoba untuk
menciptakan keterlibatan konsumen dengan produknya karena keterlibatan konsumen
akan cenderung kepada kesetiaan merek dan mencegah konsumen mencari
produk saingan. Permasar mencoba menciptakan
keterlibatan dengan differensiasi merek melalui
pencari periklanan yang bisa memenuhi
kebutuhan pembeli. Contoh untuk jenis
sereal untuk dewasa pada mulanya adalah produk dengan
keterlibatan yang rendah, setelah Kellog memulai menambah nutrisi dan manfaat
kesehatan maka tingkat keterlibatan meningkat.
Tiga Teori Dasar Pemahaman Tingkat Pengambilan
Keputusan yang Rendah :
- Theory of passive learning (Krugman); menyatakan bahwa apabila konsumen tidak terlibat, konsumen tidak melakukan evaluasi secara kognitip terhadap pesan periklanan. Eksposur periklanan dapat terjadi tanpa recalldan luas.
- Theory of social judgement (Sherif),menyatakan bahwa kondisi keterlibatan yang rendah,konsumen mempertimbangkan beberapa merek, dan dalam mengevaluasi merek menggunakan sedikit atribut.
- The Elaboration likelihood model (Petty & Cacioppo’s) menyatakan bahwa ketidakterlibatan konsumen merupakan reaksi kepada dorongan tanpa pesan dalam komunikasi daripada pesan itu sendiri.
Perbandingan Hirearkhi Tingkat
Keterlibatan Tinggi dan Rendah
Hirearkhi Keterlibatan Rendah
|
Hirearkhi Keterlibatan Tinggi
|
1. Kepercayaan merek dibentuk
pertama dari passive learning
|
1.Kepercayaan merek dibentuk pertama dari active learning
|
2. Keputusan membeli
|
2. Evaluasi merek
|
3. Evaluasi merek
sesudah pembelian mungkin dilaksanakan mungkin tidak
|
3. Keputusan membeli
|
Empat Tipe Perilaku Konsumen
Berdasarkan pada tingkat keterlibatan dan
pengambilan keputusan ada empat tipe perilaku konsumen :
Proses keterlibatan tinggi :
1. Pengambilan keputusan yang kompleks
2. Kesetiaan merek
Proses keterlibatan rendah :
1. pengambilan keputusan terbatas, dan
2. Inertia.
Pada gambar berikut menunjukkan bahwa setiap
proses dijelaskan dengan efek hirearkhi yang berbeda. Proses keterlibatan
tinggi dan rendah juga dijelaskan dengan teori pembelajaran yang berbeda
berdasar hierarkhi keputusan.
|
Implikasi
Strategi
Pengambilan
Keputusan
Keterlibatan Kepentingan Rendah
Implikasi pengambilan keputusan dengan tingkat
keterlibatan yang rendah terhadap pengembangan strategi pemasaran, beberapa
pertanyaan strategi muncul :
- Haruskah pasar dikelompokkan berdasar tingkat keterlibatan konsumen ?
- Haruskah pemasar berusaha membuat konsumen lebih terlibat terhadap suatu produk dengan tingkat keterlibatan yang
rendah ?
- Haruskah pemasar merek yang tidak terkenal mengambil konsumen untuk menggeser dari perilaku inertia ke
pencari variasi ?- Haruskah pasar dikelompokkan berdasar tingkat keterlibatan konsumen ?
Pengaruh yang kedua dan pengaruh
sentral atas pilihan konsumen adalah konsumen. Konsumen
digambarkan dengan variabel pemikiran dan karakteristik. Variabel
pemikiran konsumen adalah faktor
kognitip
yang
mempengaruhi pengambilan keputusan. Tiga tipe variabel pemikiran berperan
secara esensial dalam pengambilan keputusan : (1)
persepsi karakteristik merek (2) sikap
lanjutan terhadap merek (3) manfaat keinginan konsumen. Karakteristik konsumen adalah variabel
seperti demografis, gaya
hidup, dan karakteristik personalia yang digunakan untuk menggambarkan
konsumen. Manajer pemasaran pertama menetukan apakah karakteristik tersebut
berhubungan atau tidak terhadap perilaku kemudian
menggunakan pengetahuan itu untuk mempengaruhi perilaku.Contoh bila pengguna nutrisi dewasa cenderung
menjadi muda, berpenghasilan tinggi, berpendidikan, maka pesan iklan dirancang
untuk menyesuaikan terhadap grup tersebut.
Pengaruh ketiga atas pilihan
konsumen adalah respon konsumen adalah hasil akhir proses
keputusan konsumen dan merupakan pertimbangan
integral seluruh buku ini.
===== 0000 ======
DAFTAR PUSTAKA
Wahana, Jaka dan Kirbrandoko, 1995, Pengantar
Mikro Ekonomi Jilid I, Terjemahan Cetakan pertama, Binarupa
Aksara, Jakarta
ANALISIS : The third influence on consumer choice is the consumer response is the end result of the process of decision making and an integral consideration throughout this book. Generally the consumer response to brand choice, but can also respect to choice of product categories, selection of shops, communication media choice (find information from TV, radio or read magazines).
ANALISIS : The third influence on consumer choice is the consumer response is the end result of the process of decision making and an integral consideration throughout this book. Generally the consumer response to brand choice, but can also respect to choice of product categories, selection of shops, communication media choice (find information from TV, radio or read magazines).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar